Selasa, 29 November 2011

Budaya NIAS

1 FOTO-FOTO: KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Lompat batu di Desa Bawomataluo, Nias Selatan, Sabtu (8/1). Lompat batu menjadi salah satu andalan wisata budaya Nias. JAKARTA, KOMPAS.com--Sebuah acara seni budaya digelar di desa adat Desa Bawömatuluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan. Para tetua adat dan tokoh masyarakat setempat bertekad untuk membuat hajatan ini berbeda ketimbang kegiatan serupa yang pernah diselenggarakan sebelumnya. Dalam kegiatan, yang akan diselenggarakan 13-15 Mei 2011, itu kemandirian dan kebersamaan merupakan unsur penting yang mereka junjung tinggi. Pesta seni ini direncanakan akan menjadi sebuah aktivitas teratur pada masa yang akan datang. Pola pengorganisasian dan penyelenggaraan amat berbeda dengan sebelumnya yang dipandang tak banyak membawa kemajuan. Dengan demikian, dibutuhkan cara lain yang akhirnya akan mengantar wilayah itu menjadi pusat wisata kawasan Sumatera Utara. “Kami mencoba untuk mandiri lewat kegiatan ini,” ujar Hikayat Manaö, salah seorang tokoh adat setempat. Selama tiga hari masyarakat akan dapat menyaksikan kekayaan seni budaya Nias Selatan yang sesungguhnya. Para pencetus acara itu berharap, pesta seni dan pameran budaya itu akan mengubah persepsi masyarakat terhadap budaya Nias. “Selama ini orang lebih mengenal Nias dengan budaya megalitikum atau lompat batu, padahal kami punya kekayaan seni budaya lebih dari itu,” ujar Ariston Manaö, Kepala Desa Bawömatuluo, juga sebagai penanggung jawab acara itu. Identifikasi Nias dengan megalitikum menutup kenyataan bahwa budaya Nias tidak berhenti di era itu saja. Ada banyak karya seni budaya yang berkembang pada masa setelah megalitikum. Tari perang, maena kolosal, atau permainan ketangkasan Fafiri merupakan karya seni lain yang belum banyak dikenal masyarakat luas. Panitia menyiapkan sebanyak 60 tenda untuk seluruh pihak di Nias yang ingin ikut serta. Mereka yang akan memamerkan karya ukir, alunan lagu-lagu, serta berbagai macam kuliner. Peserta yang akan menunjukkan karyanya adalah para pemuda, anak-anak, dan juga kaum perempuan. Tak hanya warga asli Nias yang tampil, warga keturuan Tionghoa juga mendapat undangan untuk ikut serta. Ha ini merupakan tanda adanya kemajemukan di wilayah itu. Lokasi penyelenggaraan merupakan sebuah alun-alun atau ewali sebolo, seluas 900 x 35 meter. Tenda-tenda akan ditata sedemikian rupa agar para pengunjung berjalan mengitari lokasi secara merata, tak terpusat pada titik tengah lokasi yang biasanya menjadi tempat wisatawan menyaksikan atraksi lompat batu. Adapun beberapa mata acara yang akan diselenggarakan pada Pagelaran Atraksi Budaya Bawömataluo 2011 adalah: 1. Wisata Malam di Desa Bawömataluo yang dimeriahkan oleh penampilan Putra-putri/artis–artis daerah penyanyi lagu–lagu Nias Terpopuler serta pengenalan jenis- jenis makanan khas Nias 2. Seremonial Kejayaan Kebangsawanan Kerajaan Laowõ di Masa Silam 3. Maluaya (Tari Perang ) 4. Mogaele (Tari dayang-dayang Putri) 5. Fahombo (Lompat batu) 6. Famadaya Harimao (Perarakan Simbol Kekuasan/Hukum Adat) 7. Hoho (Puitis Sastra Nias) 8. Tari Moyo (Tari Elang) 9. Fo’ere (Hal-ihwal Tempo dulu) 10. Fabõlõsi (Senandung) 11. Pameran Promosi Hasil Kerajinan 12. Feta Batu (Musik Tradisional) 13. Fafiri ala Nias (Lomba Ketangkasan) 14. Pameran/promosi hasil kerajinan, ukiran , pahat, anyam, samai kulit 15. Maena (Tarian Massal)

Jumat, 18 November 2011

KEWIRaUSAHAAN



Kelebihan
1. Gagasan murni
2. Bebas beroperasi
3. Pleksibel dan mudah pengatur

Kekurangan
1. Pengakuan nama kurang
2. fasilitas kurang efisien
3. Masih penuh ketidak pastian
4. Persainga masih kurang diketahui